Ketua Umum JMSI Tegaskan Indonesia Harus Berperan Aktif dalam Kerjasama Selatan-Selatan, Hindari Pola Kolonialismee

Berita, Nasional20 Views

CHONGQING,MediaWaspada.co.id || Ketua Umum JMSI Tegaskan Indonesia Harus Berperan Aktif dalam Kerjasama Selatan-Selatan,Hindari Pola Kolonialisme : Ketua Umum Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI), Teguh Santosa, menekankan pentingnya peran media dan jurnalis profesional dalam mendukung kerangka “Kerjasama Selatan-Selatan” yang mencakup berbagai bidang.

Tujuan dari kerjasama ini adalah untuk meningkatkan kapasitas dan kemandirian negara-negara berkembang.Ketua Umum JMSI Tekankan Pentingnya Peran Indonesia dalam Kerjasama Selatan-Selatan di Forum Wartawan Belt and RoadKetua Umum JMSI Tekankan Pentingnya Peran Indonesia dalam Kerjasama Selatan-Selatan di Forum Wartawan Belt and Road

Pernyataan ini disampaikan Teguh dalam seminar bertajuk“Tanggung Jawab Pers dalam Kerjasama Selatan-Selatan”yang merupakan bagian dari Belt and Road Journalists Forum (BRJF) 2024,berlangsung di Chongoing,Republik Rakyat China (RRC) pada Jumat,30 Agustus 2024.

Baca Juga :  NU Minta Pesantren Tak Terprovokasi Teror Orang Gila

Acara tahunan yang diadakan oleh All China Journalist Association (ACJA) ini dihadiri oleh lebih dari 100 wartawan dari berbagai negara.Forum BRJF pertama kali digelar pada 2017 bersamaan dengan pembentukan Belt and Road Journalist Network (BRJN) yang diinisiasi oleh 30 pemimpin organisasi wartawan dari seluruh dunia,termasuk Indonesia.

Dalam seminar tersebut, Teguh yang juga dosen Hubungan Internasional di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,menjelaskan bahwa istilah “Selatan”merujuk pada negara-negara yang memiliki sejarah penindasan politik, sosial, dan ekonomi oleh kekuatan kolonial. Kerjasama Selatan-Selatan diharapkan menjadi solusi untuk meningkatkan taraf hidup negara-negara yang memiliki sejarah kolonialisme.

Teguh juga menyoroti pentingnya peran Indonesia dalam lahirnya konsep Kerjasama Selatan-Selatan, yang pertama kali digagas dalam Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung pada 1955. Prinsip “peaceful coexistence”atau hidup berdampingan secara damai yang lahir dari konferensi tersebut menegaskan bahwa setiap negara harus mendukung satu sama lain dan tidak mengulang pola kolonialisme.

Artikel : Terkait

Selain itu, Teguh mengapresiasi inisiatif ACJA yang dalam beberapa tahun terakhir menjadi platform bagi media dan wartawan dunia untuk membahas kerjasama antarnegara. Ia juga menyebutkan bahwa pembangunan pesat China dalam beberapa dekade terakhir, yang berlandaskan pada budaya uniknya,dapat menjadi model alternatif bagi negara-negara Global South dalam mengejar pembangunan.

“Kita perlu memanfaatkan platform dan jaringan ini semaksimal mungkin, sehingga pembangunan sejati benar-benar dapat terwujud di Global South,”pungkas Teguh Santosa.(*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *